Jumat, 13 Januari 2017

[REVIEW] Hari Setelah Kita Jatuh Cinta - Halluna Lina

Diposting oleh My Booklicious di 17.19

Judul: Hari Setelah Kita Jatuh Cinta
Penulis: Halluna Lina
Editor: Septi Ws
Desainer Sampul: Teguh
Ilustrator Isi: Cynthia
Penata Isi: Rizkyka Wulandary
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: Juni, 2016
ISBN: 978-602-375-520-2

BLURB

Saat membatalkan pernikahannya sendiri, Rasi merasa langit runtuh dan mengubur dirinya di kedalaman bumi hingga mustahil dirinya bangkit lagi. Akan tetapi, Tuhan tidak kehabisan kejutan. Di saat Rasi selesai membenahi hati dan kembali menjalani hidup, hadirlah Reuben. Lelaki itu membuat Rasi berpikir apakah dia hadir sebagai tiket untuk bisa bangkit kembali dan jatuh cinta? Rasi berpikir demikian saat tangan Reuben terulur, menawarkan kebersamaan, dan tanpa sadar memberi Rasi mimpi.

Rasi menyerahkan segala kepercayaannya dan menyilakan Reuben masuk pada bagian dirinya yang tidak pernah dibagi pada sembarang orang. Tapi, di saat yang sama, Rasi tahu bahwa Reuben bukan datang padanya sebagai kesempatan untuk kembali jatuh cinta. Reuben justru datang untuk menggenapkan pengalamannya patah hati. Di titik itulah, Rasi terlambat menyadari bahwa penyakit yang selama dua tahun ini susah payah disembuhkan, nyatanya kembali datang. Penyakit yang membuatnya lupa, bahwa patah hati ada untuk dihadapi, bukan dihindari.

***

Rasi sakit. Dan yang mengetahui seperti apa sakit yang dialaminya hanya empat temannya: Freyja, Relung, Hannah, dan Aga; serta dokter pribadinya, Dokter Chintya.

Setelah memutuskan untuk menolak lamaran Berlin, penyakit itu kambuh lagi. Dua tahun Rasi berusaha untuk sembuh. Teman-temannya selalu ada untuk Rasi, membantunya dengan berbagai hal, menjaga komunikasi, dan sebisa mungkin tak meninggalkan Rasi sendirian.

Hingga akhirnya Rasi bertemu dengan Reuben. Saat itu, Reuben menjadi fotografer di pernikahan teman SMP mereka, Lily. Perjumpaan itu mengawali segalanya. Rasi bahkan mengusulkan Reuben untuk menjadi fotografer di pernikahan Hannah dan Alfian. Semenjak perbincangan singkat mereka di pernikahan Hannah, keduanya semakin dekat. Reuben bahkan berinisiatif untuk mengajak Rasi pergi berdua saja, meski alasan awalnya adalah untuk membahas buku.

Bagi Rasi, Reuben adalah teman ngobrol yang membuatnya nyaman. Reuben mampu mengimbangi pola pikir Rasi, yang menurut orang lain unik atau bahkan aneh. Keduanya jadi semakin dekat. Reuben bahkan menggantikan posisi Aga sebagai 'sopir pribadi' Rasi, menjemputnya saat hendak pergi, mengantarkannya ke tempat mana pun yang akan dituju Rasi.

Sebenarnya tak ada yang salah dengan kedekatan mereka, andai saja Rasi sudah benar-benar sembuh dari penyakitnya. Sahabatnya juga sudah mewanti-wanti agar Rasi tetap berhati-hati dan selalu menjalin komunikasi dengan mereka. Sayangnya, Rasi tetap ingin mencoba membuktikan sendiri kebenaran tentang penyakitnya.

Hingga suatu ketika, keputusan besar membawa Rasi pada kenyataan pahit yang membuat penyakitnya kambuh lagi. Lalu, bagaimana reaksi Reuben setelah mengetahui penyakit Rasi tersebut? Bagaimana pula usaha sahabatnya untuk menyembuhkan Rasi? Akankah Rasi benar-benar sembuh?

***

"Bahwa cinta yang benar adalah ketika tangis, sakit, kecewa, sedih, putus asa, bahkan benci pun hadir setelahnya. Segala ketidakbahagiaan itu tentu pun bisa diobati oleh keberadaan cinta itu sendiri. Harus ada kedua sisi itu agar bisa disebut cinta, bukan?" (hal. 11)

Sekilas dari blurbnya, terbayang kalau novel ini akan berisi kisah hati yang sempat luka dan ingin disembuhkan. Sayangnya,  masalahnya tidak sesimpel 'galau -> nangis berhari-hari -> hang out -> sembuh lagi'. Penyakit Rasi jelas lebih berat dari itu.

"Justru aku percaya kalau aku selalu mengacaukan semuanya dan membuat orang yang aku inginkan memilih mundur dan pergi. Aku tidak ingin berjudi lagi. Aku takut tidak bisa mempertahankan, makanya aku lebih memilih seperti ini...." (hal. 35)

Dari segi ide cerita, aku sangat menyukainya. Aku juga mendapat banyak informasi baru tentang penyakit Rasi juga terapi yang dijalaninya. Namun yang kusayangkan adalah penyampaiannya yang terhambat oleh beberapa kalimat yang terkesan panjang dan kurang efektif. Kalimat yang mungkin dimaksudkan agar terasa indah, malah terasa berbelit-belit dan terkesan dipaksakan.

"Sebab bisa berkumpul lagi bersama orang-orang yang bisa percaya kita dan mau menerima, bahkan saat kita tak memiliki apa-apa lagi selain harga diri, tentu tidaklah banyak." (hal. 74)

Kehadiran tokoh-tokohnya, menurutku terasa seimbang. Ketiga sahabat Rasi selalu hadir, meski dengan porsi dialog yang berbeda. Aku menganggap itu sebagai penyesuaian dari karakter masing-masing. Kehadiran Reuben yang bisa dikatakan 'brengsek' berbanding terbalik dengan Aga yang bagai malaikat penolong. Tapi dari semua tokohnya, aku menyukai Freyja. Meski selalu memiliki pemikiran gila khas perempuan dan sikapnya ceplas-ceplos, namun keberaniannya untuk mengambil tindakan patut diacungi jempol.

"Cewek itu lemah kalau terus-menerus dapet perhatian yang lo kasih. Diajak ke sana kemari, dijemput dan dianter, terus ketika dia ngaku seneng, lo bilang demennya sama orang lain. Apa namanya kalau bukan berengsek?" (hal. 188)

Novel ini ditulis dengan alur maju, dengan beberapa bumbu kilas balik di dalamnya. Pembaca diberi keadaan awal Rasi yang hampir sembuh, dan tidak dijelaskan penyakitnya seperti apa. Namun di tengah-tengah muncul konflik dimana penyakit Rasi kembalu kambuh, sehingga di sanalah pembaca akan mengetahui bahwa penyakit Rasi tidaklah ringan. Penyakit yang berat itu sebanding dengan ending yang dipilih, yang juga terasa berat namun masuk akal.

"... Kamu hanya perlu jujur pada hatimu sendiri. Membohongi orang lain itu tidak baik. Tapi, membohongi diri sendiri jauh lebih tidak terpuji...." (hal. 175)

Novel ini juga dilengkapi ilustrasi di setiap babnya. Ilustrasinya berupa gambar sketsa yang mewakili setiap bagian cerita.
Secara keseluruhan, novel ini banyak memberikan pesan tentang persahabatan, dan tentunya tentang menghadapi luka. Perihal luka, tak cukup hanya dengan membaca. Tapi setidaknya, membaca novel ini akan menambah wawasan kita bahwa luka ada untuk dihadapi, bukan untuk dihindari.

Seperti tagline-nya, 'jatuh cintalah saat siap, bukan saat kau kesepian'.



 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea