Kamis, 16 Februari 2017

[REVIEW] Lost And Found - Dy Lunaly

Diposting oleh My Booklicious di 20.25

Judul: Lost and Found
Penulis: Dy Lunaly
Penyunting: Tim editor fiksi
Penata Letak Sampul: Tim Desain Broccoli
Penata Isi: Tim Desain Broccoli
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: Oktober, 2016
ISBN: 9786023757077

BLURB

Setiap benda akan patah. Termasuk hati.
Walau sudah delapan tahun berlalu, hati Illa masih patah dan jiwanya rusak. Sampai detik ini dia masih tidak memiliki kepercayaan diri untuk kembali berurusan dengan cinta. Bukan tanpa alasan, dia takut untuk kembali terluka.

Illa menjalani hidupnya dengan membuka sebuah toko bernama My Ex-Boyfriend di sudut jalan Braga. Toko yang menarik perhatian banyak orang karena tokonya khusus menjual barang pemberian dari mantan. My Ex-Boyfriend tidak pernah sepi membuat hidupnya cukup sibuk dan untuk sesaat dia berhasil melupakan sesuatu yang bernama cinta.
Hingga seorang pria tidak sengaja hadir dalam hidupnya.

Mungkinkah hati yang tidak hanya sudah patah melainkan berderai mampu kembali utuh?
Mungkinkah rasa percaya yang sirna karena pengalaman buruk mampu kembali untuk percaya?

Pada akhirnya, akankah tragedi menghasilkan bahagia?

***
 
"... di mana kita menyimpan kenangan? Tidak mungkin pada barang karena sekalipun kita sudah membuang atau menjualnya, kenangan selalu menemukan cara untuk kembali. Dan tidak juga pada ingatan karena seharusnya kita belajar untuk melupakannya." (hal. 7)
   
Illa adalah pemilik toko My Ex-Boyfriend, toko yang menjual barang-barang pemberian mantan yang telah didesain ulang. Setiap hari ia menyibukkan diri di tokonya. Selama mengurus tokonya, Illa menemukan kafe yang nyaman dengan makanan yang enak. Jika mengunjungi kafe itu, Illa selalu memesan aglio olio dan mochachino, menu favoritnya.

Pandu adalah pria yang memborong album foto yang dijual di My Ex-Boyfriend. Hanya itu yang ada di ingatan Illa. Ia tidak tahu kalau Pandu adalah pemilik kafe favoritnya, yang sering melayaninya, hingga hapal betul menu yang selalu ia pesan. Illa juga tidak tahu kalau Pandu pandai membuat diorama. Ia baru mengetahuinya saat Pandu memperlihatkan sendiri hasil karyanya dan membuatkan satu diorama khusus untuk Illa.

Sosok Pandu tidak hentinya membuat Illa terkagum-kagum sekaligus bingung. Saat keran bak cuci di My Ex-Boyfriend patah, Pandu yang membetulkannya. Pandu juga yang membuatkan rancangan renovasi lantai atas My Ex-Boyfriend agar lebih layak huni. Semuanya Pandu lakukan untuk Illa.

Namun kebersamaan dengan Pandu dan semua kebaikannya membuat kenangan buruk kembali menghantui Illa. Kedekatan Illa dan Pandu pun akhirnya harus terhadang. Apalagi sosok nyata dari masa lalu Illa kembali datang mengusinya. Bahkan kehadiran Pandu untuk melindungi Illa malah membuat Illa sendiri ketakutan.

Jika demikian, bagaimana Pandu akan melindungi Illa? Akankah Illa mampu menyembuhkan traumanya dan menaruh kepercayaan lagi pada orang lain, pada Pandu?
 
"Mengingat sering kali terasa menyedihkan. Namun, melupakan bisa dianggap sebagai pengkhianatan." (hal. 17)

***
  
"Seperti inikah rasanya ditemani seseorang? Saling diam dan seakan tidak melakukan apa pun bersama tapi ada perasaan hangat yang menemani karena waktu ini dihabiskan bersama." (hal. 83)
 
Lost and Found merupakan novel pertama Dy Lunaly yang kubaca. Jadi, aku juga tidak berekspektasi apa pun terhadap novel ini. Dari segi ide cerita, aku menyukainya. Cerita yang mengaitkan kisah romantis dengan masalah kejiwaan seseorang selalu mampu menarik perhatianku. Begitu juga dengan novel ini. Sosok Illa yang merupakan penyintas abusive relationship menjadi ‘bahan dasar’ pada novel Lost and Found ini, dan hal itu sangat berpengaruh pada jalannya cerita.
 
"Pekerjaan yang awalnya saya suka berubah jadi sesuatu yang mencekik. Saya jadi kayak robot. Mendesain karena keharusan, sama sekali nggak ada feel-nya. Saat itu saya sadar saya harus lari sebelum benar-benar kehilangan diri saya...." (hal. 142)
  
Novel ini bercerita dari sudut pandang orang pertama dengan Illa sebagai pencerita. Penceritaan dari sudut pandang orang pertama ini membantu pembaca untuk memosisikan diri sebagai Illa dan ikut merasakan kepedihannya. Penggambarannya juga cukup detail, sehingga kita bisa membayangkan keadaan Illa saat tersenyum, tersipu, ketakutan, kebingungan, dan keadaan-keadaan lain.

Alur ceritanya dibuat maju-mundur yang diawali dengan pertemuan Illa dan Pandu. Setelah membaca semakin jauh, pembaca akan menemukan keping-keping masa lalu Illa dan Danang dalam bentuk kilas balik. Pembaca akan menemukan kisah masa lalu Illa yang begitu berat, yang menjadi alasan mengapa dia begitu tertutup dan sulit percaya pada orang lain. Semakin ke belakang, konfliknya meningkat dan terjadi puncak saat kemunculan Danang yang menyebabkan timbulnya ketakutan Illa terhadap Pandu. Lalu, dari sana mulai penyelesaian. Sayangnya, ada beberapa adegan kedekatan Illa dan Pandu yang dibuat dalam bentuk kilas balik dan itu justru menjadikan aliran ceritanya terasa kurang halus. Tapi mungkin Kak Dy punya alasan tersendiri untuk hal ini.
 
"... karena waktu jalan saya maksa diri untuk bersyukur atas semua yang saya punya, berterima kasih sama Tuhan, dan benar-benar menikmati saat sekarang tanpa mikirin masa lalu atau masa depan." (hal. 152)

Latar yang dipakai pada novel ini adalah Bandung, khususnya sekitaran Jalan Braga. Sebenarnya, meskipun aku orang Jawa Barat, aku hanya pernah mengunjungi Bandung sekali saat SMP. Itu pun hanya ke Lembang. Jadi pengetahuanku tentang Bandung memang sangat minim. Dan membaca novel ini mampu membuatku sangat ingin mengunjungi Bandung, berjalan kaki menyusuri Jalan Braga, dan jalan-jalan lain yang sering dilalui Pandu. Penggambaran Bandung ini seakan membuktikan bahwa Kak Dy sangat mengenal kota ini.

Tokoh-tokoh yang berpengaruh pada novel ini selain Illa dan Pandu di antaranya ada Kak Reza, Mbak Chitra, Reihan, Diva, dan Danang. Illa digambarkan sebagai sosok yang tertutup dan sulit mempercayai orang lain akibat traumanya. Sedangkan Pandu merupakan laki-laki yang perhatian, berani mengambil keputusan jika sudah merasa terganggu, dan bahkan sering melakukan hal-hal yang tidak diminta oleh Illa sebagai bentuk perhatiannya. Kak Reza juga merupakan sepupu yang sandar-able, cocok dengan Mbak Chitra yang ramah dan membuat Illa nyaman. Reihan, adik Kak Reza, meskipun pendiam dan terkesan cuek, tapi aslinya tipe yang sering memerhatikan dan peduli. Diva merupakan pegawai My Ex-Boyfriend sekaligus jadi tempat curhat dan pegangan Illa, karena Kak Reza tidak tinggal di Bandung. Dan tentu saja Danang, sosok menyebalkan yang telah membuat Illa mengalami trauma berkepanjangan. Jika ditanya tokoh favorit, tentu aku memilih Pandu. Sosoknya benar-benar membuat klepek-klepek. Dia tahu cara bersikap agar membuat orang di sampingnya nyaman. Tidak memaksakan kehendak, tapi juga tidak mudah menyerah. Pokoknya Pandu jadi sosok idaman.
 
"Tekadang kenangan menjejak terlalu lama hanya karena kita menahannya hingga menyebabkan bekas terlalu dalam." (hal. 200)

"Nggak ada yang lebih mengerikan dari terpaksa menjalani hidup ini sendirian karena kita membuang kesempatan yang pernah hadir." (hal. 221)
  
Gaya penulisan Kak Dy dalam menceritakan kisah Illa dan Pandu ini pun menurutku cukup manis. Banyak kalimat-kalimat yang quoteable, tidak hanya di bagian isi cerita, tapi juga di bagian judul babnya. Sayangnya, gaya bercerita yang manis ini terganggu oleh kalimat-kalimat yang menurutku susunan katanya kurang pas, sehingga terasa kurang efektif dan kurang nyaman dibaca. Bahkan aku menemukan beberapa kesalahan pengetikan, misalnya: menganggukkkan (hal. 78) ~> menganggukkan, tiba-tida (hal. 82) ~> tiba-tiba, baisa (hal. 85) ~> biasa, preson (hal 102, judul bab) ~> person, dan beberapa typo yang lain. Aku juga menemukan perubahan penggunaan pronomina persona secara tiba-tiba pada halaman 179. Di sana terdapat dialog Pandu. Dalam cerita ini, dialog Pandu selalu menggunakan kata ganti ‘saya’. Namun, di halaman tersebut terdapat satu bagian di mana dia menggunakan kata ganti ‘aku’. Entah itu disengaja atau memang kesalahan, karena aku tidak menemukan perubahan kata ganti lain selain itu. Selain itu, aku juga menemukan penggunaan kata 'acuh' yang kurang pas di halaman 234. Di halaman itu ada bagian Pandu yang mengatakan ".... Saya nggak akan ngacuhin kamu". Acuh bermakna peduli. Kalimat tersebut berarti Pandu tidak akan memedulikan Illa, padahal mungkin yang dimaksud adalah sebaliknya yaitu Pandu tidak akan tidak memedulikan/mengacuhkan Illa. Pandu pasti memedulikan Illa.

Meski merasa kurang puas dengan beberapa kesalahan itu, namun aku tetap menyukai kisah Illa dan Pandu ini. Apalagi ini membahas masalah kejiwaan yang belum sering kutemukan. Dari novel ini, aku belajar untuk selalu berusaha memahami keadaan seseorang, tidak menghakimi keputusannya. Dan jika berhadapan langsung dengan seseorang seperti Illa, mungkin kita bisa membantu proses penyembuhannya pelan-pelan.
Seperti kata Illa, 'selalu ada yang hilang ketika kamu menemukan sesuatu yang lain' (hal. 237).



 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea