Jumat, 10 Maret 2017

[REVIEW] After Wedding - Pradnya Paramitha

Diposting oleh My Booklicious di 04.20

Judul: After Wedding
Penulis: Pradnya Patamitha
Editor: Pradita Seti Rahayu
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2016
ISBN: 978-602-02-9860-3

BLURB

"Jadi, saya mencari perempuan yang bersedia saya nikahi," Rad memberi jeda satu tarikan napas, "tanpa cinta."

Reya Gayatri tak pernah menduga bahwa keputusannya menikah dengan celebrity chef bernama Radina Alief Pramoedya merupakan keputusan paling gila dalam hidupnya. Selama 30 tahun, Reya terbiasa dengan hidup yang tertata. Tetapi, kini, hidup dosen muda di jurusan Ilmu Politik itu terasa seperti roller coaster.

Sebagai public figure, Rad terbiasa bertemu dengan berbagai macam orang tahu bagaimana cara berhadapan dengan mereka. Tetapi, tidak untuk Reya. Rad jadi sering kewalahan dan menghela napas frustrasi bahkan sejak malam pertamanya.

Rad juga tidak menyangka, perlahan-lahan, kehadiran Reya mengancam segenap benteng pertahankan diri atas cinta juga mengoyahkan janji pada masa lalu yang ia ikrarkan sendiri.

Jangan jatuh cinta pada saya. Maka, kamu akan baik-baik saja. (Rad)

Mereka tidak menikah karena dipaksa. Ini adalah keputusan bersama. Tetapi, ternyata pernikahan bukan hanya soal menggelar resepsi dan perubahan status suami istri saja. Sanggupkah Rad dan Reya mempertahankan keputusannya?

***

Reya Gayatri tidak pernah menyangka hidupnya akan berjalan begitu dramatis. Mendapati kekasihnya selingkuh, kemudian dilamar oleh Rad bahkan pada perjumpaan pertama mereka. Reya memang berencana menikah, tapi putusnya hubungan dengan Hario membuat pikiran dan hatinya menjadi kacau. Apalagi kenyataan bahwa Lia belum bisa menikah—karena budaya tak membolehkan adik melangkahi kakaknya—membuat anggota keluarga besar selalu merecokinya dengan pertanyaan ‘kapan nikah?'.

Maka, lamaran Rad seperti pintu yang membuka jalan bagi Reya agar berhenti direcoki pertanyaan sejuta umat itu. Sebagai dosen jurusan Ilmu Politik sekaligus mahasiswa S3, kecerdasan Reya memang tidak perlu diragukan. Cara berpikirnya sangat logis dan cukup berbeda dengan kebanyakan perempuan. Namun, rupanya sifat logis Reya tidak cukup mampu untuk mencegah Reya mengambil keputusan itu: menerima lamaran Rad.

Pernikahan Reya dan Rad berjalan lancar, meski sederhana dan hanya dihadiri keluarga dan sahabat dekat mereka. Sayangnya, cobaan untuk sepasang suami-istri itu sudah datang bahkan sejak malam pertama mereka. Sosok Hario dan penjelasan yang dibawanya membuat Reya merasa goyah. Beruntungnya, Rad berhasil meyakinkah Reya untuk menjaga komitmen yang telah mereka putuskan bersama.

Namun, bukan hidup namanya jika cobaan hanya datang sekali. Saat keduanya sudah ‘kompak’ dan merasa nyaman satu sama lain, saat Reya bahkan telah yakin tentang perasaannya pada Rad, kenyataan pahit tentang masa lalu Rad datang mengusiknya. Reya mulai mengerti mengapa Rad mencari perempuan yang bersedia dinikahi tanpa cinta. Dan saat Reya memutuskan untuk menerima semuanya, masalah yang lebih nyata kembali hadir.

Reya dan Rad memang memiliki pemahaman yang sama atas cinta, atas komitmen, dan atas pilihan dalam hidup. Namun, akankah itu semua cukup mampu menahan cobaan yang datang bertubi-tubi menerpa pernikahan mereka?

"Jangan jatuh cinta pada saya, Rey. Maka, kamu akan baik-baik saja." (hal. 59)
  
*** 
  
"Yang saya nggak percaya adalah, peran cinta sebagai dasar dari hubungan dua manusia."

"Kenapa? Bukankah hubungan dua manusia sebaiknya memang didasari cinta? Misalnya, pernikahan."

"Cinta bisa datang dan pergi. Cinta bisa menghilang dengan begitu tiba-tiba, sama seperti kedatangannya yang juga kadang tiba-tiba. Jadi, bagaimana kita menjadikan sesuatu yang serba nggak pasti itu sebagai tolok ukur?"
(hal. 20)

After Wedding merupakan novel seri Le Mariage Elex Media pertama yang kubaca, dan aku merasa puas dengan ceritanya. Pernikahan yang terkesan grasa-grusu dengan orang yang baru saja dikenal, dilandasi tuntutan keluarga dan budaya, dan dilakukan tanpa adanya rasa cinta memang sudah menjadi cerita yang umum. Namun, Kak Pradnya tetap membawakannya dengan baik, dengan bumbu konflik yang tidak membuat bosan meski ada beberapa bagian yang dapat ditebak. Gaya bercerita Kak Pradnya di novel ini pun cukup detail. Tak heran jika halamannya mencapai angka 450-an.

Novel ini diceritakan dengan alur maju, dengan menyertakan beberapa bagian kilas balik. Berawal dari perkenalan Reya dengan Rad, pernikahan, kemudian kehidupan mereka pasca-pernikahan. Konflik awal ada pada Reya, kemudian setelah itu mereda, giliran Rad yang terkena masalah. Konfliknya semakin memuncak hingga mencapai penyelesaian di bagian akhir. Dan saat konfliknya memuncak, aku berkali-kali dibuat greget sekaligus ‘nyesek’. Aku acungi jempol untuk Kak Pradnya atas keahliannya menguras emosi pembaca.

Sudut pandang orang ketiga yang dipakai dalam novel ini pun membuat cerita mengalir lancar dan seimbang. Tidak fokus pada kisah salah satu, Reya saja atau Rad saja. Karena pada beberapa bagian ada yang hanya melibatkan salah satu, jika memakai POV pertama mungkin harus dilakukan bergantian. Dan daripada memilih itu, yang kemungkinan membuat pembaca kurang nyaman, pemilihan POV orang ketiga ini dirasa cukup pas.

Selain itu, pengambilan sudut pandang orang ketiga ini juga membuat Kak Pradnya bisa memberi detail pada karakter masing-masing tokohnya. Meski dibagian awal sempat membuat kesal, namun tokoh favoritku tetap Reya. Dia adalah perempuan cerdas dan pandai menyembunyikan luka. Sosok Rad memang menggoda untuk dijadikan tokoh favorit. Namun, pada bagian-bagian penting, dia mudah bingung dalam megambil keputusan. Kalau ada tokoh yang tidak kusukai, maka itu adalah Kinanti. Satu kata untuknya: menyebalkan. Beruntungnya, selain mereka, tokoh-tokoh pendukungnya juga cubit-able, misalnya Gesank—sepupu Reya—dan Andini—sahabat Reya. Kisah keduanya juga cukup menarik. Meski hanya dijelaskan sekilas, namun kalau ada cerita yang full tentang Gesank-Andini, aku tidak keberatan untuk membacanya.

Secara keseluruhan, novel ini memberikan konflik pernikahan yang cukup kental dan memerlukan penyelesaian dengan pemikiran dewasa. Dan nyatanya, pernikahan bukan akhir dari masalah. Setelah menikah, sepasang suami-istri justru akan dihadapkan pada berbagai masalah lain dan mereka harus menyelesaikannya bersama-sama. Upacara pernikahan memang mudah dilakukan, namun menyatukan dua pemikiran dan dua perasaan menjadi satu yang menghimpun semuanya adalah hal yang cukup sulit. Perlu penerimaan dengan hati yang lapang untuk menghadapi cobaan bersama-sama dan menjaga komitmen yang telah dibangun bersama.

"Cintamu nggak cukup besar untuk menghadapi keegoisan saya, Rad." (hal. 373)

Novel ini cocok banget untuk kalian yang sudah memasuki usia matang, tinggal di lingkungan yang kental akan budaya, dan kerap direcoki pertanyaan ‘kapan nikah?’, seperti Reya. Untuk kalian yang suka novel romance dari seri Le Mariage, jangan lupa masukkan chef Juna, *eh chef Rad, ke dalam TBR kalian, ya.







 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea