Senin, 06 Maret 2017

[REVIEW] The Playlist - Erlin Natarwiria

Diposting oleh My Booklicious di 20.39


Judul: The Playlist
Penulis: Erlin Natawiria
Penyunting: Septi Ws
Desainer Sampul: Tim Desain Broccoli
Penata Isi: Tim Desain Broccoli
Penerbit: Grasindo
Tahun Terbit: September, 2016
ISBN: 9786023756728

BLURB 

Musik latar bukan sekadar aksesori bagi Winona.

Ketika food writer lain memusatkan perhatian pada rasa dan tampilan, Winona akan menajamkan telinganya untuk menilai pilihan lagu di sebuah tempat makan. Baginya, lantunan melodi memberi pengaruh besar terhadap suasana hati pengunjung. Semakin sesuai musik latar dan hidangan, semakin tinggi penilaian yang akan Winona berikan.

Hingga kehidupan Winona berubah saat mengunjungi No. 46. Absennya musik latar dan kemisteriusan Aries mengusik benak hingga hatinya. Jerat yang coba dia lepaskan justru menariknya semakin dekat dengan pria yang menyimpan duka dan sepi yang terasa familier baginya. Belum cukup di situ, Winona pun harus berhadapan dengan Ethan—pesona dari masa lalu yang mnegisi hidupnya dengan kenangan-kenangan manis.

Di antara iringan musik latar dan hidangan-hidangan lezat, Winona harus memilih: menghadapi rasa takut yang terus dia hindari atau kembali ke tempat ternyaman yang melengahkan?

*** 

Winona adalah seorang freelancer di YummyFood dan bertugas untuk mengulas berbagai tempat makan di Bandung. Ulasan yang dibuat Winona memiliki ciri khas sendiri, yaitu The Playlist. Pada bagian itu, Winona akan membahas mengenai musik latar yang diperdengarkan di setiap tempat makan yang dia ulas. Pengalaman bekerja selama 2,5 tahun sebagai reviewer acara musik membuat kemampuan Winona dalam mengulas musik latar tidak diragukan lagi.

Biasanya, Winona akan mengirimkan ulasan paling lambat dua hari setelah kunjungan. Dan selama ini, ia tidak menemukan kendala yang berarti saat menulis ulasan. Namun, semuanya berubah saat ia mengunjungi No. 46, sebuah tempat makan di kawasan Dago. Bagi Winona, No. 46 adalah mimpi buruk. Tidak adanya musik latar di tempat itu membuat Winona frustrasi karena tak bisa menulis ulasannya hingga menjelang deadline. Ghina bahkan mengeluarkan emergency sheet yang berisi pertanyaan standar untuk membantu Winona membuat ulasan. Dan tentu saja, ulasan No. 46 menjadi berbeda dari ulasan Winona yang lain karena ia tak membahas bagian musik latar pada ulasan itu. Ia berharap tidak berurusan lagi dengan Aries dan No. 46.
 
Harapan Winona tidak terwujud. Mereka bertemu lagi saat acara syukuran tujuh bulan kehamilan Ghina. Saat itulah Winona menanyakan tanggapan Aries mengenai ulasan No. 46 dan Aries dengan jujur mengungkapkan kekecewaannya. Aries mengenal setiap ulasan Winona di YummyFood dan ia tahu betul tentang bagian The Playlist. Winona akhirnya mengerti bahwa Aries semacam memberikan tantangan untuk mengetahui bagaimana Winona akan mengulas semuah tempat makan yang tak memiliki musik latar. Namun, selain kekecewaan Aries terhadap ulasannya, malam itu Winona juga merasa ada sesuatu yang tengah disembunyikan Aries. Sesuatu yang berhubungan dengan dirinya.

Selain dibuat pusing dengan sosok Aries, pikiran Winona juga terusik oleh sosok Ethan—sang mantan. Mereka memang tidak berkomunikasi semenjak putus. Ethan bahkan tidak tahu kalau Winona bekerja di YummyFood. Pertemuan demi pertemuan, entah disengaja atau kebetulan, membuat keduanya kembali akrab, namun perbincangan keduanya tak banyak menyinggung kisah masa lalu. Mereka bisa saling membantu satu sama lain, seperti layaknya seorang teman. Namun, di balik keakraban itu, Winona bisa merasakannya. Bahwa Ethan merasa kesepian. Bahwa mereka sama-sama kesepian. 

Dan tak peduli mengeluh sebanyak apa pun, kehidupan terus berjalan. Winona tetap dengan pekerjaannya mengulas tempat makan dan Aries dengan kesibukannya mengurus No. 46. Namun musim hujan di Bandung rupanya membantu cupid melancarkan aksinya. Winona dan Aries tinggal seatap. Hal itu membuat frekuensi pertemuan keduanya meningkat. Aries sering membuatkan makanan untuk sarapan atau makan malam Winona, bahkan mengantarkan Winona ke tempat makan yang akan diliputnya. Hingga kemudian, kebersamaan itu membuat rahasia kelam keduanya tersingkap sedikit demi sedikit.

Lalu, saat segalanya telah terungkap, bagaimana masing-masing dari mereka menghadapi masa lalunya? Berdamai atau lari menghindar?
  
“Kalau kamu tidak melakukannya, lupakan saja semua hal yang pernah terjadi di antara kita berdua.” (hal. 180)
 
*** 
  
“... kalau hubunganku dengan keluarga saja tidak baik, bagaimana bisa aku menjalani ikatan yang lain? Denganmu, misalnya.” (hal. 218)

The Playlist merupakan novel pertama dari Kak Erl yang kubaca. Dan aku langsung suka gaya menulisnya. Susunan kalimatnya rapi dan tidak berbeli-belit. Pemilihan katanya juga teliti dan disesuaikan dengan KBBI. Misalnya pemilihan kata ‘indekos’ dan ‘stoples’. Sebenarnya aku merasa kurang familier karena terbiasa menggunakan kata ‘kos’ dan ‘toples’. Tapi, setelah mengecek di KBBI, dua kata itulah yang justru adalah kata baku. Termasuk juga penggunaan kata ‘enggak’ yang merupakan bentuk baku dari ‘nggak’. Kak Erl konsisten menggunakan kata ‘enggak’ atau ‘tidak’, dan menghindari penggunaan kata ‘nggak’ meskipun itu banyak dipakai.

Ide ceritanya pun, buatku cukup menarik. Kisah berdamai dengan masa lalu memang sudah banyak diangkat. Namun, Kak Erlin mampu meleburkannya ke dalam detail profesi para tokoh sehingga cerita ini tidak membosankan. Bab demi bab disusun sedemikian rupa, sehingga pembaca tidak merasakan alur yang mudah ditebak. Dan aku cukup terkejut dengan bab hypnic jerk-nya. Memang ada apa dengan bab itu? Hmm... kalian bisa mencari tahu sendiri, nanti. Karena pada novel ini, tidak ada sosok yang muncul tiba-tiba. Semua sudah dikenalkan sejak awal. Hanya saja, kapan dan bagaimana dia mempengaruhi cerita sudah diperhitungkan dengan cukup matang sehingga membuatku sebagai pembaca merasa terkejut, tidak menyangka.

Alur ceritanya maju-mundur dimulai dari kehidupan Winona saat ini, statusnya yang masih lajang sebab telah putus dari Ethan, juga pertemuannya dengan sang pria rasi bintang. Kemudian seiring berjalannya cerita, pembaca akan menemukan keping-keping masa lalu Winona pada beberapa bagian tertentu. Sedangkan bagian masa lalu Aries diungkapkan sembari menyambut konflik yang memuncak. Selanjutnya, cerita dipenuhi dengan berbagai keputusan dua tokoh utama dalam menghadapi masa lalu masing-masing.

Novel ini dibawakan dengan sudut pandang orang pertama, di mana Winona menjadi pencerita. Hal itu membuat pembaca merasa sangat dekat dengan sosok Winona. Saat Winona penasaran dengan Aries, pembaca sama penasarannya. Saat Winona mengalami hypnic jerk, pembaca sama terkejutnya. Menurutku, itu juga yang membuat bagian masa lalu Winona dapat dipecah berkeping-keping dan diceritakan dalam beberapa bagian berbeda. Sedangkan untuk masa lalu Aries, mau tidak mau harus diungkapkan pada waktu yang pas, saat keduanya semakin dekat, karena tidak mungkin seseorang menceritakan masa lalunya pada saat mereka baru saja saling kenal. Namun, meskipun diceritakan dari sudut pandang Winona, pembaca juga tetap tidak kehilangan emosi pada bagian Aries.
 
Dengan masa lalu yang cukup kelam dan pelik, kisah Aries-Winona-Ethan ini kental dengan suasana sendu. Ditambah lagi, karakter tokoh-tokohnya yang sudah dewasa membuat emosi mereka ditahan untuk mereka sendiri. Hanya pada beberapa bagian saja mereka mengungkapkan hal-hal yang mengganggu pikiran dan perasaan. Sama sekali bukan tipe cerita yang meledak-ledak, yang penuh amarah dan tangisan. Ceritanya justru dibuat sesak oleh tumpukan emosi yang terpendam dan beruntungnya itu tak mengurangi kesenduan cerita.

Sayangnya, aku menemukan typo di halaman 196, kata sendiri --> sendriri, dan di halaman 220, kata parfumnya --> parfumya. Aku juga menemukan beberapa awal bab yang dimulai oleh kalimat langsung, tapi di depannya tidak diawali tanda petik dan hanya ada tanda tersebut di akhir kalimat saja. Entah karena kesalahan atau memang atas pertimbangan tata letaknya. Selain itu, pada beberapa halaman terdapat dialog berbahasa Inggris yang tidak dicetak miring. *kadang aku rewel urusan begini, hihi*. Tapi kesalahan seperti itu adalah hal wajar, kok. Dan sebenarnya, ada satu yang membuatku penasaran, yaitu bagaimana ibu Aries menggambarkan Lucio sebagai chef Pisghetti pada Aries. Untuk yang satu ini, aku memang kuper dan kurang tahu tentang cerita Curious George, jadi harus mencari tahu sendiri tentang hal itu. Hihihi...

“.... Saat kita bertemu lagi, aku ingin kita menjadi orang yang sama-sama menghargai hubungan.” (hal. 219)
 
Secara keseluruhan, aku menikmati kisah Winona dan Aries ini. Cocok buat kalian yang suka bacaan tentang berdamai dengan masa lalu, tentang menghargai hubungan dengan keluarga, dengan kekasih. Apalagi cerita ini termasuk yang ‘diam-diam menghanyutkan’, tenang tapi dalam.  Selamat berburu The Playlist di TB kesayangan kalian dan jadilah anggota ‘pecandu abnq synq’...


Sukses terus buat Kak Erl. Aku tunggu ‘anak-anak’ barunya.  :)))




 
 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea