Kamis, 13 April 2017

[REVIEW] Sweet Karma - Ayudewi

Diposting oleh My Booklicious di 09.45



Judul: Sweet Karma
Penulis: Ayudewi
Editor: Yuke Ratna P. & Jumali Ariadinata
Penyelaras aksara: Tesara Rafiantika
Penata letak: Dipa Sandi Dewanty
Penyelaras tata letak: Gita Ramayudha
Desain sampul: Amanta Nathania
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2015
ISBN: 978-979-780-808-2

BLURB

Dikhianati membuatmu tak lagi memercayai.
Dilukai membuatmu tak lagi berani menyayangi.
Dilupakan membuatmu hanya berani menyembunyikan rindu di hati.
Dicintai, akankah membuatmu kembali mencintai?

Apakah hidup selalu seperti itu?
Kau tak akan pernah lepas dari masa lalu.
Langkahmu selalu dibayang-bayangi,
Sesuatu yang terkadang tak kau pahami:
K-A-R-M-A

Ketika hidup mempertemukanku denganmu,
Benarkah ini merupakan garis nasib?
Aku mulai menyemai harap.

Namun, mengapa semakin kukejar,
bahagia terasa semakin menjauh?
Mungkinkah karena maaf belum juga terucap dengan utuh?

***
 

“Chef tanpa keahlian mengendalikan emosi, belum bisa dibilang chef sejati.” –Audrey, hal. 116

 
Hugo Pierre Alexander, atau lebih dikenal dengan sebutan Chef Hugo Pierre, adalah seorang executive chef di The Gourmet Earl, salah satu gastropub di Marlow. Dengan pengalaman panjangnya di bidang kuliner, kemampuan Hugo memang tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja, Hugo bukan orang yang ramah. Pernah dikhianati membuatnya menjadi sosok yang dingin, pemarah, sekaligus arogan. Hugo tak segan memberi makian atau bahkan memecat staf dapur yang tidak bekerja sesuai standar kualitasnya.
 
Sementara itu, Audrey adalah executive chef di Alinea9, sebuah brasserie di Jakarta. Wanita berusia 30 tahun itu begitu mencintai dunia dapur, serta karya sastra yang dibalut kata-kata klasik dan indah. Setelah putus dari Troy Sebastian, ia belum menjalin kisah asmara lagi. Usia Audrey yang sudah matang membuat keluarganya mulai recok menanyakan pendamping dan berniat menjodohkannya, padahal ia berkeinginan untuk menemukan pasangannya sendiri. Maka, tawaran Rob—teman lamanya sekaligus manajer The Gourmet Earl—untuk menjadi sous chef tidak ia sia-siakan. Audrey segera mengundurkan diri dari Alinea9 dan berangkat ke Marlow.
 
Sayangnya, bekerja di The Gourmet Earl membuatnya harus ekstra sabar. Sejak awal ia bekerja, sikap Hugo berkali-kali membuatnya meradang. Hugo seperti begitu membenci kehadiran sous chef wanita. Audrey tidak bisa begitu saja menerima sikap semena-mena Hugo, apalagi jika menyangkut pekerjaan para stafnya. Hingga suatu hari, ia melayangkan protes atas sikap Hugo yang dianggapnya keterlaluan.
 
Namun, protes yang dilakukan selepas kerja itu berakhir pada kejadian yang sulit dilupakan oleh keduanya. Setelahnya, sikap Hugo pun sedikit melunak. Bahkan mereka menghabiskan 1 hari yang menyenangkan di musim panas bersama-sama. Pikiran dan perasaaan Audrey pun mulai terusik.
Saat keduanya mulai menata hati, kesalahan Hugo yang terungkap membuat semuanya menjadi sulit. Mungkinkah ini karma bagi Hugo? Lalu bagaimana cara Hugo memperbaiki segalanya?
 

“Rasanya menyakitkan kalau terlambat menyadari perasaanmu untuk orang yang kamu sayangi. Cinta disimpan rapat-rapat tak akan membuatmu bahagia.” –Tobey, hal. 203

 
***
 

“Tidak seharusnya masa lalu membuatmu terpenjara selamanya dalam dendam.” –Audrey, hal. 118

 
Novel Sweet Karma adalah salah satu pemenang dari Seven Deadly Sins, kompetisi menulis yang diadakan Gagas Media. Kompetisi ini menuntut penulis untuk menciptakan tokoh utama yang tidak sempurna karena tujuh dosa, yaitu amarah, nafsu, rakus, serakah, malas, iri, dan sombong. Dalam hal ini, aku menemukan kekurangan Hugo yang sangat terlihat jelas: amarah dan arogan. Watak itu begitu menempel pada Hugo, sekaligus menjadi dasar konflik utama pada novel ini. Watak itulah yang membuat jalan hidup Hugo untuk mendapat kebahagiaan jadi berliku-liku. 
 
Aku sangat menyukai ide ceritanya. Novel yang menceritakan dunia dapur selalu menarik perhatianku. Terlebih lagi, latar tempat yang digunakan juga tidak membosankan. Marlow, Raja Ampat, dan sedikit Jakarta di bagian awal. Aku banyak mendapat informasi tentang istilah-istilah dapur profesional, misalnya saja gastropub dan brasserie. Berbagai istilah asing yang digunakan diberi penjelasan pada catatan kaki, sehingga aku jadi tahu maksudnya apa.
 
Selain itu, novel ini tidak hanya membahas dunia kuliner. Ada bumbu sastra klasik yang ditambahkan. Beberapa kali muncul petikan puisi dan cerita dari buku-buku sastra klasik. Dan nilai lebihnya adalah bumbu sastra itu tidak sekadar numpang lewat, tetapi malah ikut masuk dalam plot dan membantu jalannya cerita. Bisa dibilang, sastra yang dibahas di novel ini cukup penting, karena jika dihilangkan, ceritanya mungkin akan tersendat.
 
Dengan ide cerita dan latar yang ada, novel ini banyak bercerita lewat narasi. Terutama saat menjelaskan berbagai tempat di Marlow atau beberapa buku sastra yang semat disebut pada cerita. Alur ceritanya bisa dikatakan campuran. Diawali dengan sikap Hugo yang sudah menjadi pemarah dan arogan, kemudian perkenalan dengan Audrey dan keseharian dua orang itu di Marlow. Menjelang akhir, saat konflik sedang memanas, diberikan keping cerita tentang kisah menyakitkan pada masa lalu Hugo hingga membuatnya menjadi seperti itu. Kemudian cerita dilanjutkan dengan penyelesaian akhir.
 
Tokoh-tokoh di novel ini memiliki karakter yang saling melengkapi. Hugo yang pemarah dan arogan memiliki Rob, sahabat yang pengertian tapi juga tegas. Ada Audrey juga, perempuan karir dengan pembawaan tenang, menyenangkan, dan profesional. Dan tentu saja ada sosok lawannya, yaitu Eva. Kalau dalam komik atau webtoon, Eva ini si kepala hitam bertanduk merah. Tahu, kan? Dia tokoh licik dan bitchy, yang memiliki peran penting dalam jalan cerita. Satu lagi adalah Tobey. Sahabat Audrey ini, meski tidak banyak diceritakan tapi cukup membantu dalam perkembangan hati Audrey lewat saran-saran yang diberikannya. Sebenarnya kisah Tobey ini cukup potensial untuk diperlebar, hanya saja mungkin nantinya cerita tidak akan terlalu mengerucut dan cukup berbelit-belit. Tapi sejauh ini, kehadirannya cukup memuaskan.
 
So, secara keseluruhan, novel Sweet Karma ini cukup enak dibaca. Apalagi untuk yang menyukai sastra klasik, kalian akan merasa seperti punya teman bercerita. Dengan karakter tokohnya yang tidak sempurna namun saling melengkapi, juga kisah tentang masa lalu yang meninggalkan jejak mendalam pada kehidupan masa kini, novel ini memiliki bobot yang cukup pas. Nilai moral yang disampaikan pun tidak hanya tersirat lewat cerita, tapi juga tersampaikan lewat dialog para tokohnya: menghapus dendam, memaafkan kesalahan orang lain, menerima masa lalu dengan lapang dada, dan berjuang untuk bahagia. 
 
Seperti tagline-nya, ‘ketika memaafkan memberimu harapan’. 





 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea