Sabtu, 02 September 2017

[REVIEW] After Sunset - Indah Hanaco

Diposting oleh My Booklicious di 23.34

Judul: After Sunset
Penulis: Indah Hanaco
Editor: Afrianty P. Pardede
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2014
ISBN: 978-602-02-3791-6

BLURB

Awalnya...
Leah Kannitha: Dia adalah si megalomania sinting yang otaknya kena virus mematikan. Makanya dia perlu membenturkan kepala supaya bisa berpikir jernih.
Liam Hammond: Dia gadis ceroboh yang suka ikut campur urusan orang. Dia kira aku gampang terpesona dengan wajah polos dan mata besarnya?

Akhirnya...
Leah Kannitha: Aku takut ada pembuluh darahku yang pecah karena dia memegang tanganku sambil mengucapkan kata-kata cinta.
Liam Hammond: Ah, kondisiku sama sekali tidak menggembirakan. Aku sedang berusaha keras untuk berhenti menyukainya, karena aku lebih suka mencintainya.

Keduanya punya rahasia. Keduanya punya masa lalu yang menyakitkan. Tapi cinta membuat mereka harus mampu melampaui semua rasa sakit dan kegetiran yang mengadang tanpa perasaan.

Apakah mereka mampu menanggalkan masa lalu?
Mungkinkah masa depan untuk mereka memang ada?
Biarkan cinta melewati ujiannya dan memberikan jawaban.

***

"Sampai kapan kamu mau bertingkah mirip seorang ibu?" (Zsa Zsa, hal. 33)

Leah berubah drastis sejak kepergian mama dan kakaknya. Bukannya seperti gadis 20 tahun, Leah malah seperti seorang ibu-ibu. Papanya, meskipun sibuk bekerja, tapi tetap mengetahui perubahan Leah. Karenanya, papa Leah menyiapkan tiket liburan ke Bali. Leah akhirnya mengikuti keinginan papanya. Leah pergi bersama Emma, sahabatnya, dan Zsa Zsa--sepupu yang menurutnya masih bersikap kekanakan.

Liburan tidak mengubah kenyataan bahwa lubang besar setelah ditinggal sang mama dan kakak membuat Leah merasa kosong dan kerap bermimpi buruk. Bahkan meski telah 7 tahun berlalu, Leah masih sering terbangun tengah malam karena mimpinya itu. Mimpi yang tetap mengusik, termasuk saat malam pertama liburannya di Bali.

Malam itu, karena merasa sulit tidur kembali, Leah memutuskan untuk keluar kamar resor. Duduk di bangku, menghadap laut lepas. Kemudian, di sanalah ia melihat laki-laki itu. Laki-laki yang membenturkan kepalanya ke meja dengan keras. Berkali-kali.

Laki-laki itu seperti sangat kesakitan. Maka, Leah menghampirinya, menanyakan keadaannya. Sayangnya, laki-laki itu malah mengusirnya. Leah pun kaget dan jengkel. Esok harinya, di resor itu pula, Leah oleh Zsa Zsa dikenalkan pada Jen dan teman-temannya yang datang dari Inggris. 

Ternyata, laki-laki yang mengusirnya malam itu adalah salah satu teman Jen. Liam namanya. Laki-laki Inggris bermata abu-abu, mantan pembalap, dan sering menampakkan ekspresi datar.

Leah sudah telanjur kesal dan jengkel pada Liam, dan Liam pun selalu menganggap Leah sebagai orang selalu ingin ikut campur urusan orang lain. Mereka akhirnya seperti melakukan perang dingin. Tanpa banyak debat, tapi tatapan mereka mengandung aura permusuhan.

Namun, di suatu kesempatan, mereka malah saling menceritakan kisah sedih di kehidupan masing-masing. 
Bukankah itu salah satu jalan menuju pintu hati? Kemudian, saat waktu berlibur hampir habis, akankah mereka mengambil kesempatan itu? Kesempatan besar dengan risiko yang sama besarnya.

"Orang yang berbuat kurang ajar harus diajari untuk minta maaf." (Emma, hal. 93)

***

Novel ini menceritakan tentang Leah dan Liam. Leah adalah seorang perempuan berusia hampir 20 tahun, memiliki kepribadian seperti seorang ibu. Tidak hanya dalam sikap, tapi juga dari segi penamilan. Jadoel banget, pokoknya. Kemudian, Liam. Dia adalah laki-laki Inggris bermata abu-abu, seorang mantan pembalap yang selalu memasang ekspresi datar. 

Karakter dua tokoh ini cukup kuat dan memiliki alasan yang logis. Zsa Zsa dan Emma juga memiliki peranan penting dengan karakter yang sama kuatnya. Zsa Zsa yang kekanakan mampu membuat kepala Leah berasap dan membuat suasana di novel ini jadi hidup, lebih ramai.

Dengan setting di Bali dan jangka waktu yang cukup singkat, alurnya jadi terasa cepat. Itu juga mungkin yang membuat karakter tokohnya juga berkembang dengan cepat. Sosok Leah jadi lebih banyak bercanda, dan Liam yang dingin menjadi lebih banyak menebar senyum hangat.

Ceritanya dibawakan dengan beberapa kali pergantian sudut pandang. Bagian awal diceritakan bergantian dari Leah dan Liam. Selanjutnya diambil alih oleh penulis. Namun, mendekati bagian akhir, cerita dibawakan lagi dari Leah dan Liam. Memang harus jeli saat membaca. Karena kalau tidak, pembaca akan bingung siapa yang sedang bercerita. 

Sebenarnya ini bukan pertama kali. Di novel Love Me Again, Kak Indah juga menggunakan POV bergantian seperti ini. Jadi, aku tidak terlalu kaget. Keuntungannya adalah, pembaca jadi tau apa yang sebenernya dirasakan dan dipikirkan si tokoh yang bercerita.

Selain bagian awal yang memang terasa sendu dan cukup menjengkelkan, semakin jauh membaca, aku merasa ceritanya semakin menggemaskan. Jadi, kalau butuh bacaan romance yang cukup ringan, After Sunset ini bisa jadi alternatif kalian.




 

My Booklicious Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea